Ingat Saya

Catatan Enrico

Papa Titoes, Drs. Titoes Libert, M.Sn., 71, telah berpulang kepada Bapa di Surga pada hari Kamis, 20 Maret 2025.

Dalam keluarga kami - Mama Rina, Kak Ricky sekeluarga, dan saya (Endri, panggilan Papa pada saya) sekeluarga - Papa selalu hadir sebagai sosok yang tegas, disiplin, dan penuh tanggung jawab sebagai kepala keluarga. Sejak kecil, kami merasakan betapa Papa selalu berusaha mencukupi kebutuhan kami, meski dengan segala keterbatasannya sebagai seorang dosen abdi negara dengan penghasilan yang pas-pasan waktu itu. Dan ketika kami telah dewasa, mandiri, serta membangun rumah tangga sendiri, keberadaan Papa tetap menjadi pusat dari keluarga besar kami.

Saya tinggal bersama Papa hingga hari-hari terakhirnya. Maka dari itu, izinkan saya membagikan sekelumit kenangan yang masih terpatri dalam ingatan.

1. Merangkap Tukang Bangunan

Papa adalah sosok yang tak pernah ragu turun tangan membetulkan genting bocor, mengganti keran rusak, atau mengatasi berbagai permasalahan rumah. Meskipun kami sering mengingatkan bahwa tubuhnya tak lagi sekuat dulu, semangatnya sebagai "tukang" sejati tak pernah pudar. Idealisme dan sifat perfeksionisnya membuatnya menolak mentah-mentah setiap kali kami menyarankan untuk memanggil jasa renovasi. Pada akhirnya, kami hanya bisa membiarkan Papa berkarya, karena kami tahu itulah caranya mengekspresikan cinta kepada keluarga.

Namun, mungkin itulah juga yang mengantarkannya pulang kepada Bapa di Surga. Peristiwa hemorrhagic stroke yang merenggutnya terjadi ketika Papa sedang menggali tanah untuk membuat saluran air demi mengatasi genangan air akibat hujan deras di pagi hari. Hingga akhir hayatnya, Papa tetap mengutamakan keluarga di atas segalanya.

2. Burung dan Tanaman

Burung dan tanaman adalah dua hal yang tak terpisahkan dari hidup Papa. Sejak saya kecil, hobi ini telah menjadi bagian dari dirinya. Setelah pensiun, hari-hari Papa pun dipenuhi dengan merawat burung dan berkebun - bahkan sering kali ia menghabiskan waktu seharian penuh tanpa lelah. Kecintaannya pada alam begitu mendalam, hingga banyak karyanya terinspirasi dari keindahan flora dan fauna.

Dari empat lukisan terakhir yang Papa wariskan kepada saya, salah satunya berjudul "Sabda Alam," terinspirasi dari pohon dan bonsai kesayangannya. Sementara itu, lukisan "Dinamika Kehidupan" menggambarkan sosok sepasang angsa, mencerminkan kehangatan dan keseimbangan dalam kehidupan. Kedua lukisan ini dibuat pada era atau epoch ketika papa masih relatif sehat dan saya masih baru berumah tangga.

sabda-alam-titoes-libert
Sabda Alam
dinamika-kehidupan-titoes-libert
Dinamika Kehidupan

3. Era Kemakmuran dan Keabadian

Akhir tahun 2023 menjadi masa yang baik bagi saya dan Papa. Optimisme itu ingin kami bawa ke tahun 2024, tahun Naga - simbol kekuatan, keberuntungan, dan perlindungan. Di era ini, lahirlah salah satu lukisan terakhirnya, "Rintik Mistik dalam Warna-Warna," yang menggambarkan naga dengan energi yang penuh semangat dan kehidupan.

rintik-mistik-dalam-warna-warna-titoes-libert
Rintik Mistik dalam Warna-Warna

Kemudian, di penghujung 2024, Papa menyelesaikan mahakarya terakhirnya yang bertemakan burung legenda, Phoenix. Ketika Papa masih ada, saya hanya melihatnya sebagai lukisan yang indah. Namun, setelah kepergiannya, makna lukisan ini menjadi begitu dalam. Lukisan yang berjudul "Tarian Abadi di Langit Senja" adalah simbol kelahiran kembali dan keabadian. Saat kami berada dalam duka dan kehilangan, ia hadir sebagai pengingat bahwa setelah kehancuran, ada kebangkitan; setelah keterpurukan, ada kekuatan baru yang lahir. Mungkin inilah pesan terakhir Papa untuk kami yang masih di dunia ini: untuk terus bangkit, terus hidup, dan terus melangkah.

tarian-abadi-di-langit-senja-titoes-libert
Tarian Abadi di Langit Senja

Selamat jalan, Papa. Tenanglah dalam keabadian. Jangan khawatirkan kami, karena kami akan baik-baik saja. Kami akan selalu mengingat dan menghargai setiap jejak yang Papa tinggalkan dalam hidup kami.